Rabu, 20 November 2013

Hangatnya Keuntungan Wedang Ronde

Ditulis oleh BNJ

  

Rabu, 06 November 2013 11:43

 

SEKAR ONLINE - Minuman hangat, seperti wedang ronde acap kali dicari kala cuaca sedang dingin, atau sekadar penghangat tubuh yang kurang fit. Salah satu melihat peluang di bisnis ini adalah Cristian Tri Angga Bayu, dengan membuka usaha Wedang Ronde Lambao 78 di Yogyakarta sejak 2008.

 

Pria yang akrab disapa Bayu ini menawarkan minuman dari campuran jahe plus gula merah. Penyajiannya dilengkapi dengan ketan dan enting-enting kacang. "Rasanya berbeda dengan yang lain, ada varian warnanya juga," ujarnya.

 

Katanya, di Yogyakarta, satu porsi wedang ronde ini dibanderol Rp 6.000. Sementara di kota besar seperti Jakarta, harganya bisa lebih mahal, sekitar Rp 7.000 per porsi.

 

Kemudian, sejak Agustus 2013, Bayu menawarkan kemitraan Wedang Ronde Lambao 78. Meski  saat ini belum ada mitra, ia optimistis, usaha ini bisa berkembang.

 

Anda berminat? Cukup siapkan kocek senilai Rp 10 juta. Dengan investasi itu, mitra akan mendapatkan booth, banner, stoples kaca, dua lusin mangkuk wedang ronde, kaos pegawai, pelatihan dan promosi gratis di website Wedang Ronde Lambao 78.

 

Mengacu pada gerai pusat, kata Bayu, bisa menjual sekitar 40-50 porsi wedang dalam sehari. Artinya, mitra bisa meruap omzet berkisar Rp 7,2 juta-Rp 9 juta sebulan.

 

Setelah dikurangi biaya membeli bahan baku, sewa tempat, gaji karyawan, dan biaya operasional, mitra diperkirakan masih bisa meraup laba bersih 20 persen. Dengan begitu, mitra bisa kembali modal sekitar lima bulan. (Pratama Guitarra/KONTAN - Foto: Ilustrasi)

 

Sumber: kontan.co.id

Selasa, 19 November 2013

Basahnya Peluang Bisnis Laundry

Basahnya Peluang Bisnis Laundry

Sabtu, 16 November 2013

Basahnya Peluang Bisnis Laundry

Ditulis oleh BNJ

  

Rabu, 13 November 2013 12:36

 

SEKAR ONLINE - Laundry menjadi ladang bisnis yang menggiurkan, terutama di perkotaan. Maklum, aktivitas warga yang padat menyebabkan mereka menyerahkan urusan cuci dan setrika pakaian kepada penyedia jasa laundry.  Makanya, pelaku bisnis ini tumbuh subur di perkotaan.

 

Bahkan, tak sedikit pemilik usaha yang menawarkan kerjasama kemitraan. Alhasil, persaingan di bisnis laundry pun semakin ketat.

 

Kali ini, KONTAN mengulas kembali tiga kemitraan laundry, yakni Limas Shop, Beach Laundry, dan Citi1 Laundry. Usaha ketiga kemitraan ini termasuk cukup berkembang. Adalah menarik untuk mencermati strategi yang mereka terapkan sehingga mereka bisa bersaing.

 

Limas Shop

 

Usaha binatu ini berdiri sejak April 2010 di Jakarta Timur. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan Limas Shop pada awal 2013, tercatat sudah ada 44 gerai yang beroperasi. Seluruhnya gerai kepunyaan mitra.

 

Dalam waktu sembilan bulan terakhir, Limas Shop berhasil menambah dua gerai baru milik mitra. Jadi, sekarang ini, sudah ada 50 gerai. Pemilik Limas Shop, Mia Arsofthin mengatakan, usahanya bisa berkembang, karena sistem kemitraan yang ia terapkan termasuk mudah.

 

Mitra bebas menggunakan merek usaha di luar Limas Shop, bebas membeli bahan baku dari luar, dan tidak dipungut biaya royalti. "Menurut saya, mitra memang lebih senang kalau mereka dibebaskan, jadi bisa memilih merek usaha sendiri atau beli deterjen sendiri," bebernya.

 

Namun, mitra tetap bisa membeli bahan baku dari pusat yang setahun ini harganya tidak naik dan masih sama dengan harga tahun lalu. Supaya bisa menggandeng lebih banyak mitra dari segmen ekonomi yang lebih luas, Mia menambah pilihan paket usaha.

 

Sebelumnya, hanya ada tiga paket usaha yang ditawarkan, dengan besaran investasi berkisar Rp 27 juta hingga Rp 57 juta. Kini, ada tambahan dua paket usaha, yaitu usaha binatu kampus, dan profesional binatu.

 

Paket usaha binatu kampus seharga Rp 28 juta ditujukan bagi mahasiswa yang ingin memulai berwirausaha. Sementara, paket profesional binatu menyasar pengelola hotel, dengan nilai investasi Rp 60 juta.

 

Sejauh ini, tarif laundry di Limas Shop masih sama dibanding tahun lalu, yaitu berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kg. Meski begitu, Mia mengklaim, omzet mitra terus meningkat. Jika sebelumnya, omzet maksimal hanya Rp 600.000 sehari, sekarang naik menjadi Rp 1,5 juta per hari.

 

Beach Laundry

 

Usaha laundry yang bernaung di bawah bendera PT Ghalasa Putera Indonesia ini berkembang pesat. Dalam waktu 1,5 tahun terakhir, kemitraan ini berhasil menambah 56 gerai baru.

 

Ketika KONTAN mengulas tawaran waralaba ini pada Mei tahun lalu, sudah ada 69 gerai Beach Laundry, yang seluruhnya milik mitra. Sekarang, tercatat ada 125 gerai yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, hingga Papua.

 

Pemilik Beach Laundry, Andy Rakhmat Santoso menuturkan, bisnis binatu memang berpotensi bagus. "Sekarang, bisnis binatu tidak lagi didominasi masyarakat di kota besar, tapi berbagai pelosok daerah pun sudah membutuhkan jasa binatu," ungkapnya.

 

Tak heran, Andy mengaku, sampai Maret 2014, sudah ada 10 calon mitra yang inden membuka gerai baru. Maklum, selama ini, ia memang membatasi hanya buka empat gerai baru setiap bulan.

 

Menurutnya, usaha ini bisa berkembang pesat, karena pihak pusat memproduksi sendiri bahan deterjen. Alhasiltarif cucian bisa lebih murah ketimbang kompetitor. Selain itu, bahan baku dan bisnis Beach Laundry sudah punya hak paten. “Kelengkapan izin dan hak paten ini yang membuat mitra percaya pada kami,” ungkap Andy.

 

Lantaran banyak permintaan kerjasama dari segmen menengah, Andy pun menambah pilihan paket kemitraan. Sebelumnya, Beach Laundry menawarkan paket investasi dengan investasi sebesar Rp 100 juta hingga Rp 160 juta.

 

Nah, mulai tahun ini, Andy  mengemas paket kerjasama baru, yaitu paket ceria seharga Rp 50 juta, dan paket bombastis senilai Rp 75 juta. Paket baru ini skala usahanya lebih kecil, terlihat dari jumlah mesin cuci dan mesin pengering yang diberikan lebih sedikit.

 

Sampai sekarang belum ada perubahan tarif laundry, yakni masih berkisar Rp 6.000 - Rp 7.000 per kg. Andy bilang, mitra bisa mengantongi omzet Rp 25 juta per bulan. Kemudianomzet pada tahun kedua bisa meningkat menjadi Rp 40 juta per bulan.

 

Supaya semakin diminati, dan bisa bersaing, Andy berencana menambah varian pewangi yang digunakan, serta meningkatkan kualitas hasil cucian. Andy optimistis, Beach Laundry bisa menggaet 60 - 80 mitra baru pada 2014.

 

Selain itu, tahun depan, Beach Laundry berencana membuka gerai di Malaysia atau Thailand. “Saya sudah berkunjung ke dua negara itu dan sedang mengurus izin untuk membuka gerai di sana,” imbuhnya.

 

Citi1 Laundry

 

Citi1 Laundry berdiri di bawah PT Pro Teknologi yang berpusat di Tangerang, Banten. Jasa laundry ini beroperasi sejak Desember 2012. Seperti kemitraan laundry lainnya, Pro Teknologi pun tak memiliki gerai pusat.

 

Jadi, semuanya milik mitra. "Sejak awal, kami hanya fokus menawarkan dan mengelola waralaba usaha," papar Dedi Setiadi, pemilik Pro Teknologi.

 

Citi1 Laundry menawarkan jasa cuci pakaian dengan sistem satuan maupun kiloan. KONTAN pernah mengulas tawaran waralaba usaha ini pada Desember 2012. Waktu itu, pihak pusat belum berhasil menggaet mitra, karena terbilang baru. Kini, sudah ada dua gerai milik mitra yang beroperasi di Jakarta.

 

Dedi mengakui, usahanya belum berkembang begitu pesat, karena brand usaha ini pun belum terlalu dikenal masyarakat. Makanya, kini, pihak pusat sedang fokus mempromosikan Citi1 Laundry. “Kami sedang fokus pada branding usaha ini supaya lebih dikenal pasar,” ujarnya.

 

Untuk mencapai target tersebut, Dedi bilang, ia cukup gencar publikasi di berbagai media cetak. Selain itu, ia terus memperkuat kinerja dan mendongkrak omzet gerai mitra yang sudah beroperasi. Salah satu caranya, dengan membuat dekorasi dan konsep gerai yang lebih menarik dan nyaman bagi pelanggan.

 

Makanya, ia optimistis, dapat menggaet tiga mitra baru hingga penghujung tahun ini. “Tahun depan, kita akan lebih ekspansi lagi, karena kita prediksi branding kita sudah lebih besar,” klaim Dedi.

 

Tawaran investasi dari Citi1 Laundry umumnya masih sama dibanding tahun lalu, yaitu ada tiga paket. Pertama, paket minimalis sebesar Rp 105 juta, lalu paket medium seharga Rp 175 juta, dan paket besar dengan investasi Rp 300 juta. Hanya, tahun lalu, paket medium masih dibuka seharga Rp 150 juta.

 

“Harga paket investasi lebih tinggi, karena pada paket medium kami menggunakan mesin cuci yang lebih efektif dan kapasitasnya lebih besar,” jelas Dedi. Sebagai gambaran, untuk paket minimalis, kapasitas cuci per hari sekitar 100 potong pakaian, sementara paket medium 200 potong, dan paket besar 400 potong.

 

Tarif cuci satuan di Citi1 Laundry rata-rata Rp 19.000 per potong, sedangkan tarif kiloan berkisar Rp 7.000 - Rp 10.000 per kilogram (kg).  Dedi mengklaim, satu gerai Citi1 Laundry bisa mencetak omzet Rp 15 juta - Rp 70 juta per bulan, dengan perkiraan balik modal selama 12 bulan hingga 18 bulan. (Revi Yohana, Pratama Guitarra, Noor Muhammad Falih, Marantina/KONTAN - Foto: KONTAN)

 

Sumber: www.kontan.co.id

Mengais Untung dari Tiwul dan Gatot

Ditulis oleh BNJ

  

Rabu, 13 November 2013 11:55

 

SEKAR ONLINE - Banyak penggemar olahan singkong mencerahkan prospek usaha tiwul dan gatot instan. Kemasan yang baik tak hanya memperpanjang masa konsumsi, tetapi juga meluaskan wilayah pemasaran. Tak heran, usaha ini bisa mendulang omzet besar dengan profit mencapai 30 persen.

 

Singkong merupakan hasil bumi yang melimpah ruah di Bumi Pertiwi. Lantaran kandungan karbohidratnya yang tinggi, salah satu jenis umbi ini pernah menjadi makanan pokok sebagian penduduk, menggantikan beras.

 

Tak heran, sejak lama pula, kita mengenal berbagai olahan singkong. Sebut saja tiwul, gatot, gaplek, getuk, hingga keripik singkong. Ragam olahan singkong pun memiliki penggemar di berbagai daerah.

 

Sayang, meski banyak penyuka tiwul, gatot, atau getuk, kini tak banyak penjual yang bisa menyajikannya. Selain itu, dalam kondisi siap saji, olahan ini tak berumur panjang, sehingga tak bisa dibawa bepergian atau menempuh perjalanan berhari-hari.

 

Alhasil, tiwul, gatot, getuk, dan lainnya, hanya bisa dinikmati di daerah-daerah, tak jauh dari tangan-tangan yang bisa mengolahnya. Namun, berbagai keterbatasan ini justru menjadi peluang bagi Hendra Widodo, pemilik UD Wijaya Food.

 

“Meski banyak yang suka, tiwul dan gatot seperti makanan langka. Padahal, jika diolah dan dikemas secara modern, tiwul dan gatot bisa menjadi makanan instan yang lebih ringkas dan tahan lama," ujar pria yang memproduksi tiwul dengan merek Jossh ini.

 

Produsen tiwul lain, Fajar Djambak, mencium peluang lantaran tiwul sulit ditemukan di daerahnya. Padahal, sebelum beras masuk ke daerahnya, yakni Kabupaten Kotabumi, Lampung, tiwul merupakan makanan utama penduduk setempat.

 

“Itu menimbulkan keinginan saya membuat tiwul olahan. Pasti banyak yang menyukainya,” ujar pemilik dari CV Jayaguna yang membuat tiwul berlabel Tiwul Enak.

 

Tak sekadar memenuhi rasa rindu, kedua pelaku produsen penganan olahan singkong ini, akhirnya juga melihat bahwa produknya banyak diburu oleh para penderita penyakit gula atau diabetes. Sebab, kandungan gula pada singkong lebih rendah, sehingga sangat baik bagi mereka yang tengah menjalani diet gula.

 

Tak hanya itu, lanjut Fajar, ada beberapa reseller yang memberi informasi bahwa beberapa penderita penyakit asam lambung juga mencari tiwul. “Alasannya kandungan asam tiwul saat di lambung rendah, sehingga bagus untuk penderita mag juga," ujar Fajar.

 

Cara menyajikan tiwul instan ini pun cukup mudah. Tiwul maupun gatot cukup direndam dengan air hangat. Tinggal menunggu beberapa menit, tiwul atau gatot siap untuk disantap.

 

Dengan penyajian instan plus pengemasan yang lebih baik, plastik tebal dan hampa udara, olahan singkong ini bisa bertahan hingga satu tahun. Fajar dan Hendra pun bisa menembus pasar yang lebih luas, hingga ke Balikpapan, Makasar, Manado, bahkan, Hong Kong. “Tiwul kemasan juga sudah masuk ke toko-toko dan ritel modern,” jelas Hendra.

 

Permintaan melimpah pun berimbas ke perputaran roda produksi di pabrik. Fajar misalnya, bisa mengolah sekitar 5 ton hingga 8 ton singkong segar, menjadi 2 ton hingga 3 ton tiwul kemasan.

 

Jumlah singkong yang diolah Hendra lebih banyak lagi, hingga 5 ton per hari. Dari jumlah itu, pabrik milik Hendra mengeluarkan produksi hingga 2 ton per hari. Selain tiwul dan gatot, Wijaya Food juga memproduksi beras cerdas dan gerit jagung dalam kemasan.

 

Beras cerdas merupakan hasil pengolahan tepung mokaf yang dibentuk mirip beras. Berbagai produk Jossh ini dikemas dalam ukuran 250 gram dengan banderol harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 20.000 per kilogram (kg).

 

Sementara itu, meski hanya memproduksi tiwul, Jayaguna memiliki berbagai varian produk. Fajar memilah produknya menjadi tiga kelompok, yakni high calorie, medium calorie dan low calorie. Dia mengemas dengan ukuran satu hingga dua kilogram. Harganya dipatok antara Rp 8.500 hingga Rp 10.000 per kg.

 

Kreativitas dan kejelian melihat peluang ini pun berbuah manis. Dengan berbagai produknya, Hendra bisa menuai omzet hingga 250 juta per bulan. Adapun Djambak bisa mendulang omzet Rp 75 juta hingga Rp 90 juta saban bulan.

 

Tak hanya omzet yang besar, produsen makanan olahan ini juga bisa mengantongi untung lumayan. Baik Hendra maupun Fajar bilang, margin yang bisa disisihkan dari usaha ini berkisar 30 persen. Tertarik?

 

Kualitas bahan baku

 

Berdasar pengalaman Hendra dan Fajar, memulai usaha ini cukup mudah. Pasalnya, resep pembuatan berbagai olahan singkong ini bisa dipelajari secara otodidak.

 

Ambil contoh membuat tiwul. Singkong segar dikupas dan dicuci, lalu dijemur di sinar matahari selama dua hingga lima hari hingga menjadi gaplek. Singkong kering itu kemudian difermentasi, direndam, dihaluskan menjadi mirip tepung, dibentuk menjadi butiran, kemudian dikukus. Setelah dingin, tiwul instan siap dikemas.

 

Pembuatan gatot tak jauh beda dengan tiwul. Hanya, gatot dan gerit tidak melalui proses penghalusan dan proses granulisasi atau dibentuk menjadi butir-butir lagi, melainkan langsung direndam air gula, dikukus, didinginkan, dan dikemas.

 

Jika ingin merintis usaha ini, Anda harus memperhatikan rasa tiwul yang nikmat. Untuk memperoleh rasa yang pas, cara yang paling tepat adalah belajar meracik sendiri hingga memperoleh formula racikan yang tepat.

 

Hendra dan Fajar pun mencari sendiri campuran yang tepat untuk tiwul instan mereka. Selain rasanya nikmat, kualitas singkong juga menjadi syarat utama menghasilkan produk berkualitas tinggi.

 

Tentu saja, untuk mendapatkan singkong berkualitas baik, Anda harus mempunyai trik khusus. Fajar misalnya, rela membayar lebih mahal dibanding penampung singkong lainnya sebagai pemikat petani agar mau menjual singkong berkualitas hanya kepada dirinya. "Harga singkong per kg berkisar Rp 700 hingga Rp 800. Nah, saya membeli lebih mahal Rp 100 sampai Rp 200 per kilogramnya,” jelas Fajar.

 

Selain dengan cara itu, Anda juga bisa memilih singkong yang tua agar semua dagingnya bisa digunakan. Kemudian, proses fermentasi dilakukan hingga 72 jam supaya hasilnya sempurna. “Kalau singkongnya muda, nanti tidak bisa jadi gaplek semua. Dan kalau fermentasinya terlalu singkat, warna tidak merata hasilnya,” jelas Fajar.

 

Berbeda dengan Fajar, Hendra menempuh cara lain. Untuk menghasilkan bulir-bulir tiwul yang bagus, kadar air saat pengolahan pun harus tepat. Sayang, kemampuan untuk menentukan kadar air yang tepat hanya dimiliki Hendra. “Kemampuan ini biasanya naluriah, makanya saat pengadukan dan penghalusan singkong, saya masih turun tangan sampai saat ini,” ujar Hendra.

 

Setelah pasokan singkong berkualitas aman, hal lain yang perlu dipersiapkan adalah tempat pengolahan dan mesin-mesin pengolahan. Mesin-mesin utama yang harus disediakan terdiri dari mesin penepung, pengaduk (mixer), pengukus (steamer), dan mesin granulasi (extruder).

 

Harga masing-masing mesin ini cukup bervariasi. Mesin paling murah adalah mixer, yang bisa ditebus seharga Rp 7 juta. Untuk mesin pembuat tepung, steamer dan granulasi, harganya bisa mencapai Rp 120 juta hingga Rp 250 juta per unit. “Saya memesan berbagai mesin itu dari Cimahi, Bandung. Hanya untuk mesin extruder saya impor dari Korea, karena lebih awet ketimbang extruder buatan lokal,” terang Hendra.

 

Kegiatan produksi bisa dilangsungkan di mana saja karena tak ada syarat khusus yang harus dipenuhi. Hanya, diperlukan ruang cukup luas dan lokasi untuk menjemur singkong-singkong segar di bawah sinar matahari langsung. Baik Fajar maupun Hendra memiliki lahan terbuka yang cukup luas untuk menjemur singkong yang telah dikupas tersebut.

 

Saat ini pabrik Wijaya Food di Blitar menempati lahan seluas 350 meter persegi (m2), yang terbagi menjadi 150 m2 untuk ruang produksi dan kantor, sedangkan 200 m2 untuk area penjemuran. “Dulu semuanya saya kerjakan langsung di dapur dan di ruang tamu rumah sendiri,” kenangnya.

 

Pada proses produksi, kebutuhan tenaga kerja yang cukup banyak terlihat pada proses pengupasan. Padahal, pada proses selanjutnya, tak dibutuhkan banyak karyawan karena semua sudah dikerjakan dengan bantuan mesin.

 

Nah, untuk menyiasati kondisi ini, Anda bisa merekrut tenaga lepas karena pada proses selanjutnya kebutuhan tenaga kerja tak terlalu banyak. Fajar dan Hendra pun biasanya memberdayakan jasa ibu-ibu rumah tangga di sekitar pabrik. “Saat perlu borongan, bisa sekitar 20 orang yang mengerjakan,” jelas Hendra mempekerjakan delapan orang karyawan tetap untuk menjalankan usaha ini.

 

Jika persiapan untuk produksi sudah selesai, tiba saat bagi Anda untuk memikirkan strategi promosi dan pemasaran. Berdasar pengalaman Hendra dan Fajar, pemasaran paling efektif adalah penjualan langsung ke toko-toko dan pasar tradisional terdekat. Mereka menganut sistem titip jual atau konsinyasi dengan para pedagang langganannya. "Namun, kalau ada agen atau re-seller yang datang ke pabrik dan mengambil dalam jumlah besar, saya juga memberikan diskon," terang Fajar.

 

Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, Fajar pun membuat website sendiri. Sedangkan, Hendra cukup rajin ikut pameran yang kerap dilaksanakan oleh Badan Ketahanan pangan Tingkat Daerah.

 

"Melalui pameran, saya jadi banyak ketemu agen dan reseller," kata Hendra yang memiliki reseller hingga Banjarmasin, Makassar, dan Hongkong. (Melati Amaya Dori/KONTAN - Foto: KONTAN)

 

Sumber: www.kontan.co.id

Basahnya Peluang Bisnis Laundry

Ditulis oleh BNJ

  

Rabu, 13 November 2013 12:36

 

SEKAR ONLINE - Laundry menjadi ladang bisnis yang menggiurkan, terutama di perkotaan. Maklum, aktivitas warga yang padat menyebabkan mereka menyerahkan urusan cuci dan setrika pakaian kepada penyedia jasa laundry.  Makanya, pelaku bisnis ini tumbuh subur di perkotaan.

 

Bahkan, tak sedikit pemilik usaha yang menawarkan kerjasama kemitraan. Alhasil, persaingan di bisnis laundry pun semakin ketat.

 

Kali ini, KONTAN mengulas kembali tiga kemitraan laundry, yakni Limas Shop, Beach Laundry, dan Citi1 Laundry. Usaha ketiga kemitraan ini termasuk cukup berkembang. Adalah menarik untuk mencermati strategi yang mereka terapkan sehingga mereka bisa bersaing.

 

Limas Shop

 

Usaha binatu ini berdiri sejak April 2010 di Jakarta Timur. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan Limas Shop pada awal 2013, tercatat sudah ada 44 gerai yang beroperasi. Seluruhnya gerai kepunyaan mitra.

 

Dalam waktu sembilan bulan terakhir, Limas Shop berhasil menambah dua gerai baru milik mitra. Jadi, sekarang ini, sudah ada 50 gerai. Pemilik Limas Shop, Mia Arsofthin mengatakan, usahanya bisa berkembang, karena sistem kemitraan yang ia terapkan termasuk mudah.

 

Mitra bebas menggunakan merek usaha di luar Limas Shop, bebas membeli bahan baku dari luar, dan tidak dipungut biaya royalti. "Menurut saya, mitra memang lebih senang kalau mereka dibebaskan, jadi bisa memilih merek usaha sendiri atau beli deterjen sendiri," bebernya.

 

Namun, mitra tetap bisa membeli bahan baku dari pusat yang setahun ini harganya tidak naik dan masih sama dengan harga tahun lalu. Supaya bisa menggandeng lebih banyak mitra dari segmen ekonomi yang lebih luas, Mia menambah pilihan paket usaha.

 

Sebelumnya, hanya ada tiga paket usaha yang ditawarkan, dengan besaran investasi berkisar Rp 27 juta hingga Rp 57 juta. Kini, ada tambahan dua paket usaha, yaitu usaha binatu kampus, dan profesional binatu.

 

Paket usaha binatu kampus seharga Rp 28 juta ditujukan bagi mahasiswa yang ingin memulai berwirausaha. Sementara, paket profesional binatu menyasar pengelola hotel, dengan nilai investasi Rp 60 juta.

 

Sejauh ini, tarif laundry di Limas Shop masih sama dibanding tahun lalu, yaitu berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kg. Meski begitu, Mia mengklaim, omzet mitra terus meningkat. Jika sebelumnya, omzet maksimal hanya Rp 600.000 sehari, sekarang naik menjadi Rp 1,5 juta per hari.

 

Beach Laundry

 

Usaha laundry yang bernaung di bawah bendera PT Ghalasa Putera Indonesia ini berkembang pesat. Dalam waktu 1,5 tahun terakhir, kemitraan ini berhasil menambah 56 gerai baru.

 

Ketika KONTAN mengulas tawaran waralaba ini pada Mei tahun lalu, sudah ada 69 gerai Beach Laundry, yang seluruhnya milik mitra. Sekarang, tercatat ada 125 gerai yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, hingga Papua.

 

Pemilik Beach Laundry, Andy Rakhmat Santoso menuturkan, bisnis binatu memang berpotensi bagus. "Sekarang, bisnis binatu tidak lagi didominasi masyarakat di kota besar, tapi berbagai pelosok daerah pun sudah membutuhkan jasa binatu," ungkapnya.

 

Tak heran, Andy mengaku, sampai Maret 2014, sudah ada 10 calon mitra yang inden membuka gerai baru. Maklum, selama ini, ia memang membatasi hanya buka empat gerai baru setiap bulan.

 

Menurutnya, usaha ini bisa berkembang pesat, karena pihak pusat memproduksi sendiri bahan deterjen. Alhasiltarif cucian bisa lebih murah ketimbang kompetitor. Selain itu, bahan baku dan bisnis Beach Laundry sudah punya hak paten. “Kelengkapan izin dan hak paten ini yang membuat mitra percaya pada kami,” ungkap Andy.

 

Lantaran banyak permintaan kerjasama dari segmen menengah, Andy pun menambah pilihan paket kemitraan. Sebelumnya, Beach Laundry menawarkan paket investasi dengan investasi sebesar Rp 100 juta hingga Rp 160 juta.

 

Nah, mulai tahun ini, Andy  mengemas paket kerjasama baru, yaitu paket ceria seharga Rp 50 juta, dan paket bombastis senilai Rp 75 juta. Paket baru ini skala usahanya lebih kecil, terlihat dari jumlah mesin cuci dan mesin pengering yang diberikan lebih sedikit.

 

Sampai sekarang belum ada perubahan tarif laundry, yakni masih berkisar Rp 6.000 - Rp 7.000 per kg. Andy bilang, mitra bisa mengantongi omzet Rp 25 juta per bulan. Kemudianomzet pada tahun kedua bisa meningkat menjadi Rp 40 juta per bulan.

 

Supaya semakin diminati, dan bisa bersaing, Andy berencana menambah varian pewangi yang digunakan, serta meningkatkan kualitas hasil cucian. Andy optimistis, Beach Laundry bisa menggaet 60 - 80 mitra baru pada 2014.

 

Selain itu, tahun depan, Beach Laundry berencana membuka gerai di Malaysia atau Thailand. “Saya sudah berkunjung ke dua negara itu dan sedang mengurus izin untuk membuka gerai di sana,” imbuhnya.

 

Citi1 Laundry

 

Citi1 Laundry berdiri di bawah PT Pro Teknologi yang berpusat di Tangerang, Banten. Jasa laundry ini beroperasi sejak Desember 2012. Seperti kemitraan laundry lainnya, Pro Teknologi pun tak memiliki gerai pusat.

 

Jadi, semuanya milik mitra. "Sejak awal, kami hanya fokus menawarkan dan mengelola waralaba usaha," papar Dedi Setiadi, pemilik Pro Teknologi.

 

Citi1 Laundry menawarkan jasa cuci pakaian dengan sistem satuan maupun kiloan. KONTAN pernah mengulas tawaran waralaba usaha ini pada Desember 2012. Waktu itu, pihak pusat belum berhasil menggaet mitra, karena terbilang baru. Kini, sudah ada dua gerai milik mitra yang beroperasi di Jakarta.

 

Dedi mengakui, usahanya belum berkembang begitu pesat, karena brand usaha ini pun belum terlalu dikenal masyarakat. Makanya, kini, pihak pusat sedang fokus mempromosikan Citi1 Laundry. “Kami sedang fokus pada branding usaha ini supaya lebih dikenal pasar,” ujarnya.

 

Untuk mencapai target tersebut, Dedi bilang, ia cukup gencar publikasi di berbagai media cetak. Selain itu, ia terus memperkuat kinerja dan mendongkrak omzet gerai mitra yang sudah beroperasi. Salah satu caranya, dengan membuat dekorasi dan konsep gerai yang lebih menarik dan nyaman bagi pelanggan.

 

Makanya, ia optimistis, dapat menggaet tiga mitra baru hingga penghujung tahun ini. “Tahun depan, kita akan lebih ekspansi lagi, karena kita prediksi branding kita sudah lebih besar,” klaim Dedi.

 

Tawaran investasi dari Citi1 Laundry umumnya masih sama dibanding tahun lalu, yaitu ada tiga paket. Pertama, paket minimalis sebesar Rp 105 juta, lalu paket medium seharga Rp 175 juta, dan paket besar dengan investasi Rp 300 juta. Hanya, tahun lalu, paket medium masih dibuka seharga Rp 150 juta.

 

“Harga paket investasi lebih tinggi, karena pada paket medium kami menggunakan mesin cuci yang lebih efektif dan kapasitasnya lebih besar,” jelas Dedi. Sebagai gambaran, untuk paket minimalis, kapasitas cuci per hari sekitar 100 potong pakaian, sementara paket medium 200 potong, dan paket besar 400 potong.

 

Tarif cuci satuan di Citi1 Laundry rata-rata Rp 19.000 per potong, sedangkan tarif kiloan berkisar Rp 7.000 - Rp 10.000 per kilogram (kg).  Dedi mengklaim, satu gerai Citi1 Laundry bisa mencetak omzet Rp 15 juta - Rp 70 juta per bulan, dengan perkiraan balik modal selama 12 bulan hingga 18 bulan. (Revi Yohana, Pratama Guitarra, Noor Muhammad Falih, Marantina/KONTAN - Foto: KONTAN)

 

Sumber: www.kontan.co.id

Hangatnya Keuntungan Wedang Ronde

Ditulis oleh BNJ

  

Rabu, 06 November 2013 11:43

 

SEKAR ONLINE - Minuman hangat, seperti wedang ronde acap kali dicari kala cuaca sedang dingin, atau sekadar penghangat tubuh yang kurang fit. Salah satu melihat peluang di bisnis ini adalah Cristian Tri Angga Bayu, dengan membuka usaha Wedang Ronde Lambao 78 di Yogyakarta sejak 2008.

 

Pria yang akrab disapa Bayu ini menawarkan minuman dari campuran jahe plus gula merah. Penyajiannya dilengkapi dengan ketan dan enting-enting kacang. "Rasanya berbeda dengan yang lain, ada varian warnanya juga," ujarnya.

 

Katanya, di Yogyakarta, satu porsi wedang ronde ini dibanderol Rp 6.000. Sementara di kota besar seperti Jakarta, harganya bisa lebih mahal, sekitar Rp 7.000 per porsi.

 

Kemudian, sejak Agustus 2013, Bayu menawarkan kemitraan Wedang Ronde Lambao 78. Meski  saat ini belum ada mitra, ia optimistis, usaha ini bisa berkembang.

 

Anda berminat? Cukup siapkan kocek senilai Rp 10 juta. Dengan investasi itu, mitra akan mendapatkan booth, banner, stoples kaca, dua lusin mangkuk wedang ronde, kaos pegawai, pelatihan dan promosi gratis di website Wedang Ronde Lambao 78.

 

Mengacu pada gerai pusat, kata Bayu, bisa menjual sekitar 40-50 porsi wedang dalam sehari. Artinya, mitra bisa meruap omzet berkisar Rp 7,2 juta-Rp 9 juta sebulan.

 

Setelah dikurangi biaya membeli bahan baku, sewa tempat, gaji karyawan, dan biaya operasional, mitra diperkirakan masih bisa meraup laba bersih 20 persen. Dengan begitu, mitra bisa kembali modal sekitar lima bulan. (Pratama Guitarra/KONTAN - Foto: Ilustrasi)

 

Sumber: kontan.co.id